TUGAS INDIVIDU
PAPER HAKIKAT NARASI
Disusun
untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Linguistik dan Tata Bahasa Baku
Dosen
Pengampu: Dr. Kundharu Saddono, M. Hum
Oleh:
Abdurrakhman
Hadiyanto (S841402001)
PROGRAM
PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
A.
Hakikat
Narasi
Narasi adalah
suatu bentuk wacana yang sasarannya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan
dirangkai menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu atau
dapat juga diartikan sebagai suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan
sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi (Keraf,
2000:136). Senada dengan pendapat tersebut Kundharu (2013:169) menyatakan bahwa
narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian sehingga
pembaca seolah-olah mengalami sendiri kejadian yang diceritakan. Selain itu,
pendapat mengenai narasi juga dikemukakan oleh Suwandi (2010:53) yang menyatakan
bahwa narasi adalah suatu wacana yang mengembangkan gagasan pokok dengan
menceritakan kembali suatu kejadian atau pengalaman yang disusun secara
kronologis atau berurutan.
Berbeda
dengan pendapat tersebut Akhadiah dalam (Yulaikawati, 2010:14) menyatakan bahwa
narasi adalah tulisan yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa.
Sasarannya adalah memberikan gambaran sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai
fase, langkah, urutan atau rangkaian terjadinya suatu hal. Bentuk Karangan ini
misalnya pada karya prosa atau drama, biografi dan autobiografi. Tujuan narasi
agar pembaca memiliki gambaran imajinasi tentang berlangsungnya cerita
tersebut.
Slamet
(2009:103) menjelaskan bahwa narasi adalah ragam wacana yang menceritakan
proses kejadian suatu peristiwa, sasarannya adalah memberikan gambaran yang
sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai fase, urutan, langkah atau rangkaian
suatu hal. Selain itu, Thahar dalam (Ahsin,2014: 18) menyatakan bahwa narasi
biasanya mengandung jalan cerita yang lebih padat dan latar maupun kilas
baliknya disinggung sambil lalu saja. Pendapat tersebut senada dengan pendapat
berikut:
A
narrtive orientitation to education is grounded in an understanding of
narrative as a primary structure of human meaning and narrative as metaphor for
the developing self. The actual uses of narrative and story in adult teaching
and learning are literally unlimited because they arise from infinite
expressions of interpretive anterplay among teacher, learnes and content. And
so we cannot reduce narrative into handy tookkit of teaching techniques. What
we can do is recognize the authobiographical dimensions of learning. We can
appreciate that stories_like education it self_draw us out, lead us beyond our
selves. And we can conclude that narrative_in its many manifestations_functions
as a powerful medium of learning, development and transformation. Marsha dalam
(Palupi, 2010:42).
Berbeda
dengan pendapat tersebut dalam www.makalahpendidikan.blogdetik.com
memaparkan bahwa karangan narasi merupakan karangan yang biasanya
dihubung-hubungkan dengan cerita. Oleh sebab itu sebuah karangan narasi atau
paragraf narasinya hanya kita temukan dalam novel, cerpen atau hikayat. Narasi
juga merupakan karangan kisahan yang memaparkan terjadinya sesuatu peristiwa,
baik peristiwa kenyataan, maupun peristiwa rekaan. Secara sederhana, narasi
dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu
urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu
konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh dan konflik merupakan unsur pokok
sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot
atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau
alur. Sedangkan pendapat Semi (2003:32) menyatakan bahwa narasi merupakan
bentuk percakapan atau lisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan
rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari wakru
ke waktu.
Selain
itu, istilah narasi menurut Jeri, Susan dan Heidy dalam (Palupi, 2010:42) adalah
mengarang atau menceritakan kembali sebuah hal atau peristiwa. Jenis tulisan
ini digunakan setiap hari untuk menjelaskan kegiatan yang sedang terjadi maupun
yang sudah berlalu dan tujuan dari penulisan narasi adalah untuk menghibur.
Berbeda dengan pendapat tersebut, Suparno dan Yunus (2008:4.31) menyatakan
bahwa narasi adalah karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa. Karangan
narasi berusaha menyampaikan serangkaian kejadian yang menurut urutan
kejadiannya (kronologis) dengan maksud memberi arti kepada sebuah atau
serentetan kejadian, sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu.
Dari
berbagai pendapat yang telah dikemukakan sebelumnya, maka kesimpulan narasi
adalah suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa
baik yang sedang terjadi ataupun sudah terjadi yang peristiwanya saling
berkaitan satu samalain sehingga menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam
suatu kesatuan waktu. Selain itu, narasi mengembangkan gagasan secara berurutan
waktu kejadiannya (kronologis).
B.
Jenis
Narasi
1. Menurut
Keraf (2000:136) ada dua jenis narasi yaitu narasi ekspositoris dan narasi
sugestif. Berikut adalah penjelasan dari kedua jenis narasi tersebut.
a)
Narasi Ekspositoris
Narasi yang
bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang
dikisahkan. Sasaran utama dari narasi ekspositoris adalah logika atau daya
rasional, berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah
tersebut. Narasi ekspositoris menyampaikan informasi mengenai berlangsungnya
suatu peristiwa. Contoh sebuah narasi yang disampaiakan oleh seorang penuntut
umum di depan pengadilan mengenai bagaimana berlangsungnya sebuah pembunuhan.
Isi narasi tersebut berusaha menyampaikan informasi kepada pendengar mengenai
kejadian itu, supaya pendengar juga tahu mengenai peristiwa itu secara tepat.
Narasi ekspositoris dapat bersifat umum dan khusus.
Narasi
ekspositoris bersifat umum adalah narasi yang menyampaikan suatu proses yang
umum, yang dapat dilakukan siapa saja dan dapat pula dilakukan secara
berulang-ulang. Contoh suatu wacara naratif yang menceritakan bagaimana seorang
menyiapkan nasi goreng, membuat roti, memasak dan sebagainya. Semua narasi
seperti yang disebutkan menyampaikan proses yang bersifat umum dan bisa
dilakukan semua orang, narasi tersebut bersifat umum atau generalalisasi.
Narasi
ekspositoris bersifat khusus adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu
perisriwa yang khas, yang hanya terjadi satu kali. Contoh suatu wacana naratif
yang menceritakan pengalaman pertama masuk sebuah perguruan tinggi, pengalaman
pertama kali naik pesawat terbang dan sebagainya. Semua narasi yang disebutkan
menyampaikan pengalaman yang hanya bisa terjadi satu kali dan tidak dapat
diulang, narasi tersebut bersifat khusus.
b)
Narasi Sugestif
Narasi sugestif
merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga
merangsang daya khayal (imajinasi) para pembaca. Narasi sugestif berusaha
memberi makna atas peristiwa atau kejadian sebagai suatu pengalaman. Contoh dongeng-dongeng.
Perbedaan Narasi
Ekspositoris dan Sugestif
No
|
Narasi
Ekspositoris
|
Narasi
Sugestif
|
1
|
Memperluas
pengetahuan.
|
Menyampaiakan
suatu makna atau amanat yang tersirat.
|
2
|
Menyampaikan
informasi mengenai suatu kejadian.
|
Menimbulkan
daya khayal (imajinasi).
|
3
|
Didasarkan pada
penalaran untuk mencapai kesepakan rasional.
|
Penalaran
hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu
penalaran dapat dilanggar.
|
4
|
Bahasa yang
digunakan lebih informatif dengan konsentrasi pada penggunaan kata-kata
denotatif.
|
Bahasa yang
digunakan lebih figuratif dengan konsentrasi pada penggunaan kata-kata
konotatif.
|
Berdasar pada pendapat yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada 2 jenis narasi
yaitu narasi eskpositoris dan sugestif. Dalam narasi ekspositoris narasi yang
dibuat dapat bersifat umum atau peristiwanya dapat berulang dan khusus
peristiwanya tidak dapat diulang. Manfaat menulis narasi adalah memperluas
pengetahuan dengan menyampaikan makna atau suatu amanat yang tersirat dan
menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian yang dapat menimbullkan daya
khayal. Bahasa yang digunakan dalam
narasi bisa bersifat informatif dengan kata-kata denotatif atau bahasa yang
figuratif dengan kata-kata yang konotatif.
2. Menurut
Tompkins dalam (Yulaikawati, 2010:14) narasi dibagi menjadi tiga jenis yaitu;
1) narasi pribadi, 2) narasi fiksi dan 3) cerita kehidupan (life stories). Berikut penjelasn dari
kegita jenis narasi tersebut.
a)
Narasi Pribadi
Narasi pribadi
sering disebut cerita, meskipun tidak ada plot atau pelaku yang dikembangkan.
Dalam penulisan narasi pribadi penulis memilih peristiwa dari pengalaman nyata
yang dialami. Oleh karena itu, tulisan tersebut sering disebut juga cerita
pengalamn pribadi.
Contoh:
Saat bangun pada hari senin pagi, saya
amat terperanjat dikarenakan lihat jam di kamar sudah tunjukkan jam 06. 30 wib.
Saya segera bangun serta menuju ke kamar mandi. Hingga di kamar mandi tiba-tiba saya terpeleset serta nyaris
saja mencederaiku. Sesudah mandi, saya kenakan pakaian sekolah, sarapan pagi
lantas berangkat sekolah gunakan sepeda motor. Sesampainya di sekolah kulihat
tasku untuk mengambil topi. Begitu terkejutnya saya, nyatanya topiku tak ada
didalam tas. Dikarenakan hari itu hari senin (ada upacara bendera) saya pulang
ke tempat tinggal untuk mengambil topi. Selesai mengambil topi saya kembali
lagi ke sekolah dengan menaiki sepeda motor. Tiba-tiba di jalur motorku mogok,
sesudah di check nyatanya bensinnya habis. Terpaksa kudorong motor untuk melacak
area penjualan bensin eceran. Untunglah area penjualan bensin itu tidak jauh.
Saya beli satu liter bensin serta segera tancap gas menuju ke sekolah.
b)
Narasi Fiksi
Narasi yang
mengembangkan daya khayal atau imajinasi penulis. Isi dari cerita biasanya
khayalan penulis meskipun kadang dijumpai kenyataan didalamnya namun sudah
ditambahi daya khayal penulis.
Contoh:
Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin yang
menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak. Kumasukkan
kedua telapak tangan ke dalam saku jaket, mencoba memerangi rasa dingin yang
terasa begitu menyiksa. Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku
ketika Eriza membukakan pintu. Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah
kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga?
Ada yang berdegup keras di dalam dada,
namun kuusahakan untuk menepiskannya. Jangan, Bowo, sergah hati kecilku, jangan
biarkan hatimu terbagi. Ingatlah Ratri, dia tengah menunggu kepulanganmu dengan
segenap cintanya. (www.makalahpendidikan.blogdetik.com)
c)
Cerita Kehidupan (life stories)
Narasi yang
berisi mengenai cerita atau kisah pengalaman hidup yang dialami oleh penulis ataupun
yang dialami orang lain yang ditulis secara runtut dan faktual.
Contoh:
Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama adalah
seorang nasionalis. Ia memimpin PNI pada tahun 1928. Soekarno menghabiskan
waktunya di penjara dan di tempat pengasingan karena keberaniannya menentang
penjajah. Soekarno mengucapkan pidato tentang dasar-dasar Indonesia merdeka
yang dinamakan Pancasila pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945.
Soekarno
bersama Mohammad Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Ia ditangkap Belanda dan diasingkan ke
Bengkulu pada tahun 1948. Soekarno dikembalikan ke Yogya dan dipulihkan
kedudukannya sebagai Presiden RI pada tahun 1949. Jiwa
kepemimpinan dan perjuangannya tidak pernah pupus. Soekarno bersama
pemimpin-pemimpin negara lainnya menjadi juru bicara bagi negara-negara nonblok
pada Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Hampir seluruh perjalanan
hidupnya dihabiskan untuk berbakti dan berjuang. (www.makalahpendidikan.blogdetik.com).
Jenis-jenis narasi dibagi atas
narasi informatif, ekspositorik, artistik dan sugestik. Berikut adalah
penjelasan dari jenis narasi tersebut.
a) Narasi informatif
Narasi
informatif adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara
tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang
tentang kisah seseorang.
Contoh:
Terdapat
sebuah Panti Asuhan “Atap Langit” yang didirikan oleh seorang wanita tangguh di
daerah Mergangsan, Yogyakarta. Pendiri Panti Asuhan “Atap Langit” bernama
Theodora. Theodora adalah nama kecil wanita itu. Lahir dari pemeluk Agama
Katolik. Yogyakarta, sebuah kota di mana Theodora dilahirkan dan dibesarkam.
Saat SMP, hidupnya berubah. Theodora tertarik untuk mempelajari Islam.
Kemudian, mempelajari Islam dan menjadi mualaf. Wanita bernama Theodora
mengganti namanya dengan Sri Sumarwati. Orang tua Sri marah besar ketika tahu
Sri pindah ke Agama Islam. Ditambah lagi, saat lulus SMA, Sri menikah secara
Islam dengan pria asal Maluku. Pastinya, pernikahan tersebut tidak mendapat
restu dari orang tua dan keluarga Sri Sumarwati. Meski tak mendapat restu orang
tua, setelah usai pernikahan Sri menumpang hidup di tempat orang tuanya.
Masalah finansial yang menjadi sebab Sri masih tinggal di tempat orang tuanya.
Dua tahun usai pernikahannya, Sri dan suami
Sri dianugerahi oleh Tuhan seorang anak perempuan. Kelahiran anak pertamanya
cukup membuat Sri dan suaminya bahagia dan melupakan masalah-masalah hidup.
Namun, tak selamanya kebahagiaan menghiasi hidup manusia. Satu tahun kemudian,
kesedihan menimpa keluarga Sri. Suatu ketika, Sri bersama anaknya menjemput
suaminya yang bekerja sebagai anggota keamanan di Keraton Yogyakarta. Lalu,
Sri, suami, dan anaknya mampir ke pasar dengan menaiki becak. Namun, tiba-tiba
becak yang ditumpangi Sri, suami, dan anaknya terguling. Dengan menggendong
anaknya, suami Sri berhasil lompat dari becak. Bagaimana nasib Sri?. Sri
terlempar jauh dari becak dan kepalanya terbentur trotoar. Kepala Sri bengkak.
Sri dilarikan ke Rumah Sakit PKU Muhammadiyah. Awalnya Sri menolak untuk
dirawat inap. Namun, keadaan Sri semakin rapuh. Siapa yang menyangka, kepala
Sri yang terlihat hanya bengkak biasa ternyata mengalami gegar otak. Akhirnya
Sri dirawat selama dua bulan. Mustikawati (dalam http://poetri-solow.blogspot.com).
b) Narasi ekspositorik
Narasi
ekspositorik adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara
tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang
tentang kisah seseorang. Dalam narasi ekspositorik, penulis menceritakan suatu
peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya,
satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai saat ini atau sampai
terakhir dalam kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai oleh eksposisi, maka
ketentuan eksposisi juga berlaku pada penulisan narasi ekspositprik. Ketentuan
ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada,
tidak memasukan unsursugestif atau bersifat objektif.
Contoh:
Aku berjalan menuju
halaman rumah-rumah
yang sunyi. Aku terus berjalan di kota kecil yang sunyi, hingga kutemukan
patung sepeda-sepedaan
di tengah taman. Ada seorang gadis berbaju hijau mengintipku dari balik rerimbun daun.
Aku mengejarnya. Lantas, ia berhenti di salah satu sudut taman. Kami berpandang-pandangan sebelum aku tahu ia benar-benar
hilang. Bolak-balik
aku mencoba untuk mencarinya. Sebelum aku benar-benar menemukannya, dering
jam weker cukup mengejutkanku. Cahaya matahari sudah menerobos masuk jendela
kamarku. (ismamochinz.blogspot.com)
c) Narasi artistik
Narasi
sugestif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu,
menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar
sehingga tampak seolah-olah melihat. Ketentuan ini berkaitan dengan penggunaan
bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada, tidak memasukan unsur sugestif
atau bersifat objektif.
Contoh:
Kala itu Matahari belum juga
jauh. Ketika tambakan pertama meledakkan kesenyapan di udara, gadis itu masih
juga belum tidur. Namun tubuhnya sejak tadi mendekap bantal lusuh diatas
tempat tidur. Tak lama, ibunya menghambur ke kamar. Isak
tangis wanita itu menyentakan si gadis. "Ayahmu, Astika!" Dan gadis bernama Astika itu surut dari tengkurap. Wajahnya tegang.
namun, kelihatan betapa sorot matanya mencoba tak ingin yakin apa yang sedang
ia cemaskan.
"Itukah?" Usap Astika
tersendat.
Ibunya
mengangguk. Namun kedua wanita itu tak berani keluar. Berondongan tembakan kian
terdengar berhamburan. Seperti terasa ada suasana gaduh kanan kiri dinding
rumah. Namun, sama sekali tak terdengar teriakan atau jeritan kepanikan. Astika seperti memiliki kekuatan untuk berani mendekat ke pintu.
Rambutnya yang panjang ia sibakan ke belakang sehingga tak menghalangi
pandangannya. "Jangan keluar, Tika!" hardik sang ibu khawatir.
Astika terdiam. Tangannya cuma
menyentuh daun pintu.
"Hendak mau kemana
kau?" Sentuh ibunya setengah teriak.
"Ingin melihat ayah untuk
yang terakhir."
"Tak usah, tidak perlu. Ayah
sudah baik, sudah diurus para tetangga."
Dalam
kalimat yang terakhir ini Astika tak tahan terus bersikap tegar. Ia langsung
memeluk ibunya. Ia benar-benar menyadari, bahwa dirinya sedang kehilangan .
Melebihi kehilangan tubuh seorang ayah yang barang kali bagian dadanya tengah
terobek peluru panas. Melebihi kehilangan kenangan yang ketika kecil senantiasa
diperkaya oleh kasih sayang. Astika kehilangan suasana. Suasana seorang gadis
yang belum seminggu yang lalu memasuki usia ke delapan belas. Suasana sebagai
anak yang masih memiliki ayah, sirna seketika.
d) Narasi Sugestif
Narasi
sugestif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu,
menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar
sehingga tampak seolah-olah melihat.
Contoh:
Saya menuju ke lapangan terbang, dengan menunjukkan kartu
kuning, segera saya diijinkan turut menumpang Dakota. Turun dari kemayoran
segera saya naik taksi pula ke Priok. Kapal yang akan berangkat ke Singapura
ialah Majesty. Secepat rusa saya berlari menuju kapal tersebut. Berdiri sambil
bersandarkan terali tampak seorang laki laki setengah tua, berpakaian teluk
belanga berpeci seremban dan berkain sarung Trengganau. (www.uklis.net)
4.
Menurut Kundharu jenis narasi hanya ada
dua, yaitu narasi fiksi atau sugestif dan nonfiksi atau ekspositoris.
a)
Narasi fiksi atau sugestif adalah narasi
yang mengisahkan peristiwa-peristiwa
imajinatif.
Contoh:
Sebagai seorang wartawan budaya, Herlita
memang ditugaskan untuk meliput pameran patung-patung dari Ganje, sebuah kota
di Irian Barat Laut yang letaknya tidak jauh dari kota Bakau, bekas wilayah
Azerbajian, Soviet. Herlita telah lama
mendengar bahwa patung-patung dari Ganje banyak memendam hal-hal ajaib dan
mengandung unsur-unsur magis. Misalnya saja, Herlita tahu bahwa menurut
legenda, patung-patung dari Ganje tidak dibuat oleh tangan manusia, tapi oleh
angin yang mengabulkan permintaan batu-batu untuk membuatnya lebih berbentuk.
Kundharu (2013: 133).
b)
Narasi non fiksi atau ekspositoris
adalah narasi yang mengisahkan peristiwa-peristiwa faktual, sesuatu yang ada
dan benar-benar terjadi.
Contoh:
Sikap santun dan penuh hormat kepada ibu
bersemi sejak kanak-kanak. Ibu disayangi oleh semua orang, mulai dari kakek,
nenek, ayah saya, pokoknya semua memanjakan beliau. Sampai beliau dapat suami,
suaminya pun sayang dan memanjakan ibu saya. Ibu orangnya aktif sehingga jarang
memasak untuk keluarga. Sesekali memasak, ibu membuat rendang banyak-banyak
untuk kebutuhan satu bulan atau satu minggu karena ibu sering pergi lama untuk
urusan organisasi. Yang memasak bapak, yang memperbaiki kompor dan berusaha
memanjakan ibu juga bapak. Kundharu (2013: 133).
Berikut perbedaan narasi fiksi dan
nonfiksi menurut Kundharu:
Narasi
Fiksi atau Sugestif
|
Narasi
Nonfiksi atau Ekspositoris
|
1.
Menyampaikan makna/amanat secara tersirat; sebagai
sarana rekreasi rohaniah.
2.
Menggugah imajinasi.
3.
Penalaran digunakan sebagai alat pengungkap makna,
kalau perlu dapat diabaikan.
4.
Bahasa cenderung figuratif dan menitikberatkan
penggunaan konotasi.
|
1.
Menyampaikan informasi yang memperluas informasi.
2.
Memperluas pengetahuan/wawasan.
3.
Penalaran digunakan sebagai sarana untuk mencapai
kesepakatan rasional.
4.
Bahasa cenderung informatif dan cenderung
menitikberatkan penggunaan makna denotasi.
|
Dari
berbagai pendapat yang telah dikemukakan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
jenis narasi ada dua yaitu narasi fiksi (sugestif) dan nonfiksi (eskpositoris).
Narasi fiksi menceritakan kejadian yang ada didunia khayal/imajinatif sedangkan
narasi nonfiksi memceritakan kejadian yang nyata terjadi. Adapun jenis lainnya
menjadi bagian dari dua bagian narasi tersebut.
5.
Bentuk-Bentuk Khusus Narasi
1) Biografi :Wacana naratif yang menceritakan riwayat
hidup seseorang.
2) Anekdot :Wacana naratif yang berbrntuk cerita
pendek dengan tujuan menyampaikan karakteristik yang menarik atau aneh mengenai
seseorang atau sesuatu hal lain.
3) Sketsa :Wacana naratif yang dikembangkan
dengan menggunakan detail-detail yang terpilih bedasarkan suatu kerangka
perbuatan yang naratif.
4) Profil : Bentuk wacana narasi namun bukan
narasi murni melainkan suatu bentuk moderen yang berusaha menggabungkan narasi,
deskripsi dan eksposisi.
C.
Ciri-ciri
Narasi
1.
Menurut Keraf (2000:136).
a)
Menonjolkan
unsur perbuatan atau tindakan.
b)
Dirangkai
dalam urutan waktu.
c)
Berusaha
menjawab pertanyaan “apa yang terjadi?”
d)
Ada
konflik.
Narasi dibangun oleh sebuah alur
cerita. Alur ini tidak akan menarik jika tidak ada konfiks. Selain alur cerita,
konfiks dan susunan kronlogis.
2.
Menurut
Semi (2003:
31) sebagai berikut:
a)
Berupa
cerita tentang peristiwa atau pengaalaman penulis.
b)
Kejadian
atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi,
dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya.
c)
Berdasarkan
konfiks, karena tanpa konfiks biasanya narasi tidak menarik.
d)
Memiliki
nilai estetika.
e)
Menekankan
susunan secara kronologis.
Ciri yang dikemukakan oleh Keraf
memiliki persamaan dengan Atar Semi, bahwa narasi memiliki ciri berisi suatu
cerita, menekankan susunan kronologis atau dari waktu ke waktu dan memiliki
konfiks.
f)
Biasanya
memiliki dialog.
Perbedaannya, Keraf lebih memilih ciri
yang menonjolkan pelaku.
Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa ciri-ciri dari narasi antara lain; 1) Menonjolkan unsur perbuatan atau
tindakan; 2) Dirangkai dalam urutan waktu; 3) Berusaha menjawab apa yang
terjadi; 4) Memilik konfilk; 5) Berupa cerita tentang peristiwa atau pengaalaman
penulis; 6) Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang
benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya;
7) Memiliki nilai estetika; 7) Menekankan susunan secara kronologis dan 8) Biasanya
memiliki dialog.
D.
Struktur
Narasi
1.
Struktur penyusunan narasi secara runtut
dapat dibagi menjadi lima bagian,
yaitu :
a) Tahap
Pengenalan
Pada tahap pengenalan penulis
memperkenalkan tokoh, karakter
dan latar cerita. Selain itu, penulis sudah memulai membangun suasana cerita.
b)
Tahap Komplikasi
Pada tahap ini mulai muncul
masalah-masalah kecil yang akan mengarah pada munculnya konflik
c) Konflik
Pada tahap ini masalah utama
dimunculkan. Kemunculan masalah utama menjadi pemicu munculnya klimaks. Konflik
dapat berupa pertentangan batin tokoh, pertentangan tokoh dengan lingkungan
atau pertentangn antar tokoh.
d) Klimaks
Pada tahap ini penulis memunculkan
puncak masalah yang menjadi inti masalah dari cerita.
e) Antiklimaks
atau penyelesaian
Pada tahap ini penyelesaian dari masalah
yang diungkap dimunculkan sebagai penyelesaian dari klimaks.
2. Unsur
Narasi
Unsur utama narasi ada tiga, yaitu; a) tokoh;
b) kejadian dan c) latar. (Kundahru, 2013:133).
a.
Tokoh adalah Pelaku dalam cerita.
Pembagian tokoh terbagi sebagai berikut. (Sujiman, http://teater08.wordpress.com).
1)
Berdasarkan peran dalam cerita
a) Tokoh
utama
Tokoh yang diutamakan
penceritaanya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakn tokoh yang paling
banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun dikenai kejadian.
b) Tokoh
tambahan
Tokoh yang hanya
muncul sedikit dalam cerita atau tidak dipentingkan dan kehadirannya hanya jika
ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tak langsung dan
hanya tampil menjadi latar belakang cerita.
2)
Berdasarkan fungsi penampilan tokoh
a) Tokoh
protagonis
Tokoh yang salah satu
jenisnya disebut hero. Ia merupakan tokoh penjawantahan norma-norma,
nilai-nilai yang ideal bagi klita (Altenbernd & Lewis dalam Nurgiantoro
2004: 178). Identifikasi tokoh yang demikian merupak empati dari pembaca.
b) Tokoh
antagonis
Tokoh yang
menyebabkan konflik atau sering disebut sebagai tokoh jahat. Tokoh ini juga
mungkin diberi simpati oleh pembaca jika dipandang dari kaca mata si penjahat
itu sehingga memperoleh banyak kesempatan untuk menyampaikan visinya, walaupun
secara vaktual dibenci oleh masyarakat.
3)
Berdasarkan perwatakannya
a) Tokoh
sederhana
Tokoh yang hanya
memiliki satu kualitas pribadi tertentu atau sifat-watak yang tertentu saja,
bersifat datar dan monoton.
b) Tokoh
bulat
Tokoh yang memiliki dan diungkap berbagi kemungkinan dan sisi
kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya, terasa kurang familiar karena
yang ditampilkan adalah tokoh-tokoh yang kurang akrab dan kurang dikenal
sebelumnya.
4)
Berdasarkan kriteria bekembang atau
tidaknya perwatakan tokoh-tokoh cerita dalam sebuah cerita
a) Tokoh
statis
Tokoh cerita yang
secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan
perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi ( Altenbernd
& Lewis, dalam buku Teori Pengkajian Fiksi 1994: 188).
b) Tokoh
berkembang
Tokoh yang
cenderung akan menjadi tokoh yang kompleks. Hal itu disebabkan adanya berbagai
perubahan dan perkembangan sikap, watak dan tingkah lakunya itu dimungkinkan
sekali dapat terungkapkannya berbagi sisi kejiwaanya.
5)
Berdasarkan kemungkinan pencerminan
tokoh cerita terhadap sekelompok manusia dalam kehidupan nyata
a) Tokoh
tipikal
Tokoh yang hanya
sedikit ditampilakan keadaan individualitasnya, dan lebih ditonjolkan kualitas
kebangsaanya atau pekerjaanya.
b) Tokoh
netral.
Tokoh yang
bereksistensi dalam cerita itu sendiri. Ia merupakan tokoh imajiner yang hanya
hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi.
b.
Kejadian
Peristiwa yang ada dalam sebuah cerita.
Biasanya memiliki hubungan saling terkait satu sama lain dan diungkap secara
runtut sehingga menjadi sebuah cerita utuh.
c.
Latar
Abrams dalam (http://lokalbahasasastra.blogspot.com)
menyatakan bahwa latar dari karya naratif atau drama adalah tempat secara
umum dan waktu historis tindakan terjadi. Sedangkan, Kenney dalam
web yang sama menjelaskan bahwa latar adalah elemen fiksi yang
menunjukkan di mana dan kapan terjadi peristiwa. Dengan demikian, dapat disimpulkan
latar adalah tempat waktu ataupun suasana terjadinya peristiwa yang dialami
dalam cerita. Adapun pembagian latar menurut Abram dalam (http://al-jariyah.blogspot.com)
sebagai berikut.
1)
Latar Tempat
Latar tempat menggambarkan
lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah cerita. Penggambaran latar tempat ini hendaklah tidak
bertentangan dengan realita tempat yang bersangkutan, hingga pembaca (terutama
yang mengenal tempat tersebut) menjadi tidak yakin dengan apa yang kita
sampaikan.
2)
Latar Waktu
Latar Waktu
menggambarkan kapan sebuah peristiwa itu terjadi. Dalam sebuah cerita sejarah,
hal ini penting diperhatikan. Sebab waktu yang tidak konsisten akan menyebabkan
rancunya sejarah itu sendiri. Latar
waktu juga meliputi lamanya proses penceritaan
3)
Latar Sosial
Latar sosial mencakup
hal-hal yang berhubungan dengan kondisi tokoh atau masyarakat yang diceritakan dalam sebuah cerita. Termasuk di
dalamnya adat istiadat, keyakinan, perilaku, budaya, dan sebagainya. Latar sosial sangat penting
diketahui secara benar sebagaimana latar tempat, sebab hal ini berkaitan erat
dengan nama, bahasa dan status tokoh dalam cerita.
4)
Latar Emosional
Latar emosional
lebih sering muncul saat membangun konflik, hingga ia memiliki peran yang
sangat penting dalam sebuah cerita. Ada cerita yang secara keseluruhan hanya
bercerita tentang konflik emosi seorang
tokoh, hingga latar cerita pun total berupa emosi. Latar emosi ini biasanya
terbaca melalui dialog-dialog, perenungan dan kecamuk perasaan si Tokoh.
Dari
pernyataan yang telah dikemukaan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa
tahapan penyusunan narasi ada lima, yaitu; 1) tahap pengenalan; 2) tahap komplikasi;
3) konflik; 4) klimaks dan 5) antiklimaks atau penyelesaian. Selain itu, unsur
utama penyusunan narasi ada tiga, yaitu; 1) tokoh; 2) kejadian dan 3) latar.
Tokoh dibedakan berdasarkan; 1) Peran dalam cerita: a) tokoh utama; b)Tokoh
tambahan; 2) Fungsi penampilan tokoh: a) tokoh protagonis; b) tokoh antagonis;
3) Perwatakannya: a) tokoh sederhana; b) tokoh bulat; 4) Kriteria bekembang
atau tidaknya perwatakan tokoh-tokoh cerita dalam sebuah cerita: a) tokoh
statis; b) tokoh berkembang; 5) Kemungkinan pencerminan tokoh cerita terhadap
sekelompok manusia dalam kehidupan nyata: a) tokoh tipikal; b) tokoh netral.
E.
Langkah-langkah
Menulis Narasi
Langkah-langkah praktis mengembangkan
karangan narasi menurut Suparno dan Yunus (2008:4.50) sebagai berikut:
1) Tentukan
tema dan amanat yang akan disampaikan: Tentang apa yang mau ditulis? dan pesan
apa yang hendak disampaikan dalam narasi yang akan dibuat.
2) Menetapkan
sasaran pembaca: Siapa yang akan menjadi pembaca hasil karangan narasi yang
akan dibuat.
3) Merancang
peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilakan dalam bentuk sketsa alur:
Kejadian-kejadian apa saja yang akan dimunculkan dalam karangan narasi yang
akan dibuat.
4) Membagi
peristiwa utama ke dalam bagian awal, perkembangan dan akhir cerita:
Peristiwa-peristiwa apa saja yang cocok untuk setiap bagian cerita? Apakah
kejadian yang disajiakan telah tersusun secara logis dan wajar.
5) Merinci
peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung:
Kejadian-kejadian penting dan menarik apa yang berkaitan dan mendukung cerita
utama.
6) Menyusun
tokoh dan perwatakan, latar dan sudut pandang.
F.
Penelitian
Tentang Narasi
1.
Nurmalisa dan Pamungkas dalam penelitian
berjudul “Diksi Dalam Karangan Narasi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Pacet,
Ciancur” meneliti tentang penggunaan diksi, gaya bahasa dan ungkapan dalam
karangan narasi. Hasil penelitian menunjukan kemampuan siswa dalam karangan
narasi berdasarkan penggunaan gaya bahasa nilai rerata yang diperoleh siswa
yaitu 65,68 kategori sedang. Sedangkan berdasarkan penggunaan diksi 66,36
kategori cukup dan berdasarkan penggunaan ungkapan 66,36. Aspek yang paling
banyak dikuasai siswa dalam menulis karangan narasi yaitu dalam menggunakan
diksi dan ungkapan kalimat, sedangkan yang banyak kesalahan yaitu penggunaan
gaya bahasa.
2.
Restikawati dalam penelitian berjudul
“ Pembelajaran Menulis Karangan Narasi
dengan Teknik 5W+1H Kelas X MAN Pacet, Cianjur” meneliti tentang penggunaan
teknik 5W+1H dalam dalam pembelajaran menulis karangan narasi. Hasil penelitian
menunjukan peningkatan nilai keterampilan menulis karangan narasi siswa setelah
diterapkan teknik 5W+1H. Peningkatan meliputi peningkatan hasil rerata prates
sebesar 65 meningkat menjadi 81 pada saat postes.
3.
Miranti dalam penelitian berjudul
“Penerapan Model Sinektik dan Media Film Animasi untuk Meningkatkan Kemampuan
Menulis Narasi pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Pulutan Wetan Wuryantoro Wonogiri
Tahun Pelajaran 2012/2103” meneliti tentang penggunaan model sinektik dan media
film animasi untuk meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa kelas v SD.
Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan hasil keterampilan menulis
narasi setelah diterapkan pembelajaran menggukan model sinektik dan media filam
animasi. Hasil keterampilan menulis pada kegiatan pretes sebesar 61, 69 pada
siklus I 66,25 atau meningkat 44%. Kemudian pada siklus II meningkat 25%
menjadi 71, 19 dan menjadi 73,90 pada siklus III.
4.
Yulaikawati dalam penelitian berjudul
“Pengaruh Stategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan Motivasi Belajar
Siswa terhadap Keterampilan Menulis Narasi (Studi Eksperimen di SMP Negeri
Se-Kabupaten Ngawi)” meneliti tentang pengaruh metode jigsaw dan motivasi
belajar siswa terhadap keterampilan menulis narasi siswa SMP. Hasil penelitian
menunjukan adanya peningkatan hasil berupa perbedaan hasil antara siswa yang
belajar menggunakan metode jigsaw dan memiliki motivasi belajar tinggi dengan
siswa yang belajar menggunakan metode ekspositoris dan memiliki motivasi
belajar rendah. Siswa yang belajar menggunakan metode jigsaw dan memiliki
motivasi belajar tinggi memperoleh nilai rerata 7,13 lebih baik daripada yang
belajar menggunakan metode ekspositoris dan memiliki motivasi belajar rendah
hanya mendapat 5,41.
5.
Palupi dalam penelitian berjuduk “Upaya
Meningkatkan Kemampuan menulis Narasi dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) pada Siswa kelas X 4 SMAN
2 Wonogiri Tahun Ajaran 2010/2011” meneliti tentang penggunaan metode (Mind Mapping) dalam upaya meningkatkan
keterampilan menulis narasi siswa kelas 4 SMAN 2 Wonogiri. Hasil penelitan
menunjukan peningkatan rerata yang diperoleh pada kegiatan prasiklus sebesar
70,14 pada siklus I menjadi 72,50 selanjutnya meningkat menjadi 75,28 pada
siklus II dan menjadi 78,50 pada siklus III.
6.
Nasriah dalam penelitian berjudul
“Penerapan Strategi SHOW NOT TELL (SNT) untuk meningkatkan Keterampilan Menulis
Paragraf Narasi Berbahasa Jawa (Penelitian Tindakan Kelas VII C SMP Negeri 1
Barat Magetan)” meneliti tentang upaya penggunaan Strategi show not tell (snt)
untuk meningkatkan keterampilan menulis paragraf narasi berbahasa jawa pada
siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Barat Magetan. Hasil penelitian menunjukan
adanya peningkatan hasil rerata yang diperoleh siswa setelah diterapakan
strategi show not tell pada pembelajaran menulis narasi berbahasa jawa. Hasil
rerata pada tahap prasiklus 65,55 meningkat menjadi 70,32 pada siklus II dan
pada siklus III menjadi 72,11.
7.
Ahsin dalam penelitan berjudul
“Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Menggunakan Media
Audiovisual Dan Metode Quantum Learning (Penenlitian Tindakan Kelas pada Siswa
Kelas X-A MA TBS Kudus Tahun pelajaran 2013/2014)” meneliti tentang upaya
peningkatan keterampilan menulis karangan narasi pada siswa kelas X-A MA TBS
Kudus tahun pelajaran 2013/2014 melalui penggunaan media audiovisual dan metode
quantum learning. Hasil penelitian menunjukan peningkatan rerata yang diperoleh
setelah digunakan media audiovisual dan metode quantum learning dalam
pembelajaran menulis karangan narasi. Hasil rerata pada kegiatan siklul I
sebesar 73,46 menajadi 80,89 pada siklus II.
8.
Khirzin dalam penelitian berjudul
“Hubungan Antara Penguasaan Kosakata dan Motivasi Belajar dengan Kemampuan
Menulis Narasi (Studi Korelasi di SD Negeri Se-Kecamatan Karangmojo Kabupaten
Gunungkidul)” meneliti tentang hubungan antara penguasaan kosakata yang
dimiliki siswa dan motivasi belajar dengan kemampuan menulis narasi pada siswa SD Negeri
Se-Kecamatan Karangmojo Kabupaten Gunung kidul. Hasil penelitan menunjukan ada
hubungan positif antara penguasaan kosakata dengan kemampuan menulis narasi dan
ada hubungan positif antara motivasi belajar dengan kemampuan menulis narasi
dan ada hubungan positif antara penguasaan kosakata dan motivasi belajar secara
bersama-sama dengan kemampuan menulis narasi.
DAFTAR REFERENSI
Buku
Akhadiat, S. dkk. 2003. Pembinaan Menulis Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga
Keraf, Gorsy. 2000. Argumentasi dan Narasi Jakarta: Gramedia.
Kundharu, Saddhono. 2013. Komposisi Menulis Ilmiah Bahasa Indonesia.
Surakarta: LLP dan UNS PRESS
Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: Diponegoro
-------------.
1986. Keterampilan Menulis. Jakarta:
Universitas Terbuka
Semi, Atar. 2003. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya.
ST. Y. Slamet. 2009. Dasar-dasar keterampilan Berbahasa Indonesia.
Surakarta: LLP dan UNS PRESS
Supinah, Pien dan M. E Suhendar. 1992. Bahasa Indonesia (Keterampilan Membaca dan
Menulis). Bandung: Pionir Jaya
Suparno (dkk). 2008. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Tarikan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Jurnal
Agustina,
Fitriana. 2013. Kemampuan Menulis
Karangan Narasi Siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Bintan Tahun
Ajaran 2012/2013. Dalam Jurnal.Umrah.Ac.Id/Wp-Content/Uploads/2013/08/Fitriana-Agustina-090388201105.Pdf
Diakses 8 Mei 2014 Pukul 15:40 WIB
Damayanti,
Fransisca Dita, Riyadi, Amir. 2013. Pengaruh
Model Kooperatif Concept Sentence terhadap Keterampilan Menulis Karangan Narasi.
Dalam Jurnal.Fkip.Uns.Ac.Id/Index.Php/Pgsdsolo/Article/Download/2276/1662
Diakses 8 Mei 2014 Pukul 15:50 WIB
Herizan.
2013. Kemahiran Menulis Karangan Narasi
pada Aspek Kesatuan Paragraf Siswa Kelas X Sekolah Menengah Kejuruan
Maitreyawira Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2012/2013. Dalam Jurnal.Umrah.Ac.Id/Wp-Content/Uploads/2013/08/Herizan-090388201131.Pdf
Diakses 8 Mei 2014 Pukul 15:45 WIB
Iskandarwassisd,
Ristiani, Iis. 2008. Peningkatan
Kemampuan Menulis Narasi melalui Model Pemebelajaran Teknik
Visual-Auditif-Taktil. Dalam Jurnal
Penelitian Pendidikan Vol. 11 No. 1 April 2010 75 Diakses Melalui Jurnal.Upi.Edu/File/Iskandarwassid-8.Pdf
Pada 8 Mei 2014 Pukul 16:15 WIB
Kurniasih,
Lasmi. 2012. Penerapan Model
Bildergeschichte untuk Pembelajaran Keterampilan Menulis Narasi Dalam Bahasa
Jerman Siswa Kelas XI Bahasa SMA Negeri 8 Malang. DalamJurnal.Online.Um.Ac.Id/Data/Artikel/Artikel526ea722194c09b713c75c1315e19de0.Pdf.
Diakses 8 Mei 2014 Pukul 15:50 WIB
Lestari,
Rizki Dian, Ghazali, A. Syukur, Suherjanto, Indra. 2012. Peningkatan Kemampuan Menulis Wacana Narasi Siswa Kelas XI Teknik
Komputer dan Jaringan SMK Bina Bangsa Dampit dengan Strategi Contoh dan
Noncontoh. Dalam Jurnal-Online.Um.Ac.Id/Data/Artikel/Artikel70e534bc93714dd50976b2054f70b0b0.Pdf
Diakses 8 Mei 2014 Pukul 16:10 WIB
Purwaningrum,
Sri Wahyu Andayani, Puwadi. 2012. Penggunaan
Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Narasi
Siswa Sekolah Menengah Pertama. Dalam Jurnal.Fkip.Uns.Ac.Id/Index.Php/Bhs_Indonesia/Article/Download/2150/1565
Diakses 8 Mei 2014 Pukul 16:00 WIB
Restikawati, Ineu. 2012. Pembelajaran Menulis Karangan Narasi dengan
Teknik 5W+1H Kelas X MAN Pacet, Cianjur. Dalam Jurnal Dinamika Jilid IV, Nomor
7 Februari 2012. Halaman: 45.
Sanjaya,
Ida Hayu. 2011. Implementasi Media Komik
untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Kelas III MI Sunan Kalijaga Karangbesuki
Malang. Dalam Lib.Uin-Malang.Ac.Id/Files/Thesis/Introduction/07140018.Pdf
Diakses 8 Mei 2014 Pukul 16:35 WIB
Sundari.
2011. Peningkatan Kemampuan Menulis
Narasi dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia melalui Media Gambar Berseri pada
Siswa Kelas V MI Islamiyah Gunung 2 Desa Gunung Kec. Simo Kab. Boyolali Tahun
2011. Dalam Eprints.Stainsalatiga.Ac.Id/.../Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi-Stain
Salatiga.Pdf Diakses 8 Mei 2014 Pukul 16:25 WIB
Wanci, Nurmalawati dan Daud Pamungkas.
2012. Diksi dalam karangan narasi siswa
kelas VIII SMP Negeri 1 Pacet, Ciancur. Dalam Jurnal Vidya Karya I Jilid 27,
Nomor 1 Oktober 2012. Halaman: 38
Widaningsih,
Wiwin. 2012. Model Pembelajaran Menulis
Karangan Narasi dengan Menggunakan Teknik Pemetaan Pikiran Di Kelas VII SMP N1
Sukawening Kab. Garut Tahun Pelajaran 2011/2012. Dalam
Publikasi.Stkipsiliwangi.Ac.Id/Files/2013/01/Wiwin-Widanisingsih.Pdf Diakses 8
Mei 2014 Pukul 16:30 WIB
Tesis
Sudarmaji, Miranti. 2013. Penerapan Model Sinektik dan Media Film
Animasi untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Narasi pada Siswa Kelas V SD
Negeri 2 Pulutan Wetan Wuryantoro Wonogiri Tahun Pelajaran 2012/2103. Tesis:
Belum dipublikasi: Universitas Sebelas Maret.
Yulaikawati, Rina. 2010. Pengaruh Stategi Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw Dan Motivasi Belajar Siswa terhadap Keterampilan Menulis Narasi
(Studi Eksperimen di SMP Negeri Se-Kabupaten Ngawi). Tesis: Belum
dipublikasi: Universitas Sebelas Maret.
Palupi, Endang Sri. 2010. Upaya Meningkatkan Kemampuan menulis Narasi
dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) pada Siswa kelas X 4 SMAN 2 Wonogiri
Tahun Ajaran 2010/2011. Tesis: Belum dipublikasi: Universitas Sebelas
Maret.
Nasriah, Titim Matun. 2013. Penerapan Strategi SHOW NOT TELL (SNT) untuk
meningkatkan Keterampilan Menulis Paragraf Narasi Berbahasa Jawa (Penelitian
Tindakan Kelas VII C SMP Negeri 1 Barat Magetan). Tesis: Belum dipublikasi:
Universitas Sebelas Maret.
Ahsin, Muhammad Noor. 2014. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan
Narasi dengan Menggunakan Media Audiovisual Dan Metode Quantum Learning
(Penenlitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X-A MA TBS Kudus Tahun pelajaran
2013/2014). Tesis: Belum dipublikasi: Universitas Sebelas Maret.
Khirzin, Zuan Al Nawawi. 2013. Hubungan Antara Penguasaan Kosakata dan
Motivasi Belajar dengan Kemampuan Menulis Narasi (Studi Korelasi di SD Negeri
Se-Kecamatan Karangmojo Kabupaten Gunungkidul). Tesis: Belum dipublikasi: Universitas
Sebelas Maret.
Internet
Abdul hadi. 2009. Pengertian Narasi. http//www.Basasin.Com. Diakses, 6
Mei 2014 pukul 20:30 WIB.
http://al-jariyah.blogspot.com/2010/05/pengertian-dan-macam-latar-setting.html.
Diakses,
7 Mei 2014 pukul 21:38 WIB.
http://dewanku02.blogspot.com/2014/01/contoh-karangan-narasi-artistik.html Diakses, 6 Mei 2014
pukul 21:20 WIB.
http://ebookbrowsee.net/ju/jurnal-menulis-narasi#.U2jzPqK1-00
http://ismamochinz.blogspot.com/2013/05/contoh-paragraf-narasi-ekspositoris.html
Diakses,
6 Mei 2014 pukul 20:55 WIB.
http://makalahpendidikan.blogdetik.com/pengertian-karangan-narasi/ Diakses, 6 Mei 2014
pukul 20:22 WIB.
http://makalahpendidikan.blogdetik.com/contoh-karangan-narasi/ Diakses, 6 Mei 2014
pukul 20:25 WIB.
http://uklis.net/2013/05/contoh-paragraf-narasi.html Diakses, 6
Mei 2014 pukul 21:00 WIB.
http://poetri-solow.blogspot.com/2012/10/narasi-informatif.html Diakses, 6 Mei 2014
pukul 21:09 WIB.
http://teater08.wordpress.com/2010/07/28/tokoh-dan-penokohan/
Diakses,
7 Mei 2014 pukul 21:12 WIB.
Coin Casino Review 2021 | Bonuses, Software & Games
BalasHapusLearn more about Coin Casino and other online casinos 샌즈카지노 in our 인카지노 review of it. The Coin Casino mobile bonus 1xbet offers top welcome bonus offers and free spins.