Senin, 09 Februari 2015

Psikoanalisis Sigmund Freud pada tokoh dalam novel 99 Cahaya Di Langit Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra



BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan cerminan kehidupan manusia. Sebagai cermin kehidupan manusia, karya sastra mampu membuat pembaca membayangkan dan menghayati pengalaman hidup manusia sewajarnya. Memahami sebuah karya sastra perlu adanya hubungan antara pengalaman pembaca dengan dunia fiksi yang dituangkan oleh pengarang. Dengan demikian, pembaca dapat memperoleh pengalaman literer dari pengarangnya. Seperti diungkapkan oleh Nurgiyantoro (1995: 3) bahwa fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan  manusia dalam interaksinya dengan lingkungan sesama. Fiksi merupakan dialog, kontemplasi, dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupannya. Selain itu, Suharianto (1982: 11) mendefinisikan karya sastra sebagai karya rekaan yang terlahir dari kreasi dan daya khayal sastrawan. Karya sastra memiliki dunia tersendiri. Ia merupakan pengejawentahan kehidupan hasil pengamatan sastrawan atas kehidupan di sekitarnya Pendapat ini dimaksudkan bahwa sastrawan atau pengarang dalam berkarya selalu memasukkan pengalaman-pengalaman hasil pengamatan dalam kehidupan sehari-hari di sekitarnya. Dengan demikian sebuah karya sastra selalu berkaitan dengan kehidupan nyata yang kemudian diejawentahkan ke dalam bentuk sastra.
Dari pendapat para ahli yang telah disampaikan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang  memiliki dunia tersendiri yang berbeda dengan karya seni lainnya.  Hal ini disebabkan karya sastra selain memiliki nilai estetis, juga mengandung berbagai pengetahuan yang dapat mempengaruhi kehidupan pembacanya.
Penjelajahan ke dalam batin atau kejiwaan yang sering disebut dengan psikologi untuk mengetahui lebih jauh tentang seluk beluk manusia yang unik dan kompleks ini merupakan sesuatu yang merangsang, bila ingin melihat dan mengenal manusia lebih mendalam dan lebih jauh diperlukan psikologi. Sebab segala permasalahan kehidupan dapat dikembalikan pada teori psikologi. Menurut teori-teori psikologi, orang dapat mengenal berbagai macam sifat, kepribadian, dan karakter manusia secara mendalam.
Freud membedakan beberapa unsur  dalam kehidupan psikis, yaitu Id (Das es) atau ketidaksadaran, Ego (Das Ich) yang memiliki unsur kedasaran dan Super Ego (Uber-ich) atau aku-ideal, yang berfungsi sebagai hati nurani yang mengkritik dan mengontrol kehidupan sendiri. Ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk totalitas dan tingkah laku manusia yang tak lain merupakan produk interaksi ketiga unsur tersebut. Id merupakan komponen biologis, ego merupakan komponen psikologis sedangkan super ego merupakan komponen sosial (Corey, 2003:14).
Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel termasuk karya sastra yang paling populer. Selain itu, novel merupakan bentuk karya sastra yang banyak dicetak dan paling banyak beredar, sebab daya komunikasinya cukup luas terhadap masyarakat.  Damono (1989:10) berpendapat, bahwa cerita khas yang terdapat dalam novel adalah pengarang mempunyai nilai untuk menyampaikan nilai-nilai hidup yang sangat berguna bagi pembaca. Nilai-nilai itu misalnya nilai moral, nilai psikologi, nilai pendidikan, nilai religius, dan masih banyak lagi nilai-nilai lainnya.
Pada dasarnya karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra juga menggambarkan kejiwaan manusia. Analisis unsur intrinsik sastra akan mengkaji tentang tema, alur, tokoh, latar, amanat dan point of view dalam sebuah karya. Dalam hal ini, pengarang berusaha mengungkap pemikiran dan gejolak batin yang biasa dialami manusia. Oleh karena itu, ada hubungan antara sastra dengan psikologi sastra yang meliputi hubungan psikologis tokoh dalam karya sastra, psikologis pembaca sebagai penikmat karya sastra dan psikologis penulis pada saat melakukan proses kreatifitas yang tergambar lewat karangannya.
Dalam penciptaan karya sastra selalu terdapat nilai-nilai pendidikan yang sudah diselipkan saat proses pembuatan karya sastra itu berlangsung sebagai bentuk pendidikan melalui jalur membaca sastra. Meskipun sastra pada zaman sekarang lebih bebas dan tidak terikat tetapi tendensi sastra tetap ada yang mendasari terciptanya karya sastra. Nilai-nilai pendidikan dalam karya sastra meliputi pendidikan agama, moral, keindahan, kehidupan dan kebenaran. Tendensi yang disampaikan pengarang dalam nilai-nilai sastra baik tersirat maupun tersurat dapat memberikan kemanfaatan bagi penikmat sastra (pembaca) berupa motivasi dan contoh-contoh baik yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan nyata. 
Novel 99 Cahaya Di Langit Eropa adalah novel yang menceritakan kehidupan seorang wanita yang bernama Hanum dan suaminya Rangga di Benua Eropa tepatnya di kota Wina, Austria.  Perjalanan spiritual Hanum dimulai dari timur Eropa yaitu kota Andalusia hingga Istanbul di Turki perjalanan dimulai ketika Hanum berkenalan dengan Fatma Pasha seorang muslimah dari negara Turki berusia 29 tahun. Fatma menunjukan betapa besar pengaruh islam di Benua Eropa kepada Hanum namun pertemuan mereka hanya sebentar karena Fatma harus merawat putrinya Ayse yang meminta dirawat ditanah kelahirannya di Turki. Perjalanan Hanum dimulai dari Wina ke Paris selanjutnya ke Cordoba serta Granada di Spanyol dan  berakhir di Istanbul Turki untuk bertemu dengan Fatma. Ketika di Paris Hanum bertemu dengan Marion Latimer seorang mualaf yang bekerja sebagai ilmuan di Arab World Institute Paris. Marion menunjukan kebesaran islam yang ada di Paris.  Hanum sebagai pengarang menggambarkan dirinya dengan memasukan unsur-unsur pendidikan yang diwujudkan dalam bentuk sikap dan perilaku tokoh dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dimaksudkan agar pembaca meresapi dan mengimplementasikan dalam kehidupan nyata.
Berdasarkan latarbelakang yang telah diuraikan, maka penelitian ini berjudul “Analisis Psikologi Sastra dan Nilai Pendidikan Novel 99 Cahaya Di Langit Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra”.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumusankan permasalah dalam penelitian ini sebagai berikut.
1.        Bagaimanakah struktur novel 99 Cahaya Di Langit Eropa?
2.        Bagaimanakah aspek kepribadian Id berdasarkan teori kepribadian psikoanalisis Sigmund Freud pada tokoh dalam novel 99 Cahaya Di Langit Eropa?
3.        Bagaimanakah aspek kepribadian Ego berdasarkan teori kepribadian psikoanalisis Sigmund Freud pada tokoh dalam novel 99 Cahaya Di Langit Eropa?
4.        Bagaimanakah aspek kepribadian Super Ego berdasarkan teori kepribadian psikoanalisis Sigmund Freud pada tokoh dalam novel 99 Cahaya Di Langit Eropa?
5.        Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel novel 99 Cahaya Di Langit Eropa?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar